[1 Januari 2018]
Kaki berkedut. Tak bisa tidur walau pagi sudah menunjukkan pukul 9.00, sepertinya.
Dan tetap mesam mesem tersenyum sendiri memikirkan si dia sambil mencoba tidur..
[31 Desember 2017]
Tahun baru kali ini aku tidak tahu akan pergi dengan siapa. Dan dalam benakku, aku sudah ada pemikiran untuk pergi ke pusat kota di mana perayaan besar menyambut tahun yang baru diselenggarakan di sana. Aku tidak pernah ke sana saat tahun baru. Biasanya aku hanya akan duduk di depan TV dan menonton perayaan ini dari rumah. Dan menonton movie box office (yang kembali itu-itu saja yang diputar) yang disediakan oleh TV nasional tentunya.
Tekadku bulat untuk mencoba merasaka sesuatu hal yang baru. Aku pun tak peduli walau hanya pergi sendiri ke sana. Aku akan pergi!
Kebetulan kedua orang tuaku juga memiliki acara sendiri dengan teman-temannya. Jadi mereka pergi dari subuh. Ibuku sangat ingin mengajakku pergi bersamanya karena tidak mau aku sendirian di rumah. Tapi aku tahu pasti perjalanan bersama mereka dan ibu-ibu lainnya akan seperti apa jadi aku bersikeras untuk “tidak moom, ade punya aktivitas sendiri. Mama seneng-seneng ya di sana. I’ll be fine. Mmuuaach!”
Yes! Aku memiliki masa tenangku sebelum akhirnya siap-siap berangkat menuju pusat kota. Aku berefleksi diri dan menulis beberapa catatan di buku jurnalku. Juga menyempatkan memilih buku baru yang selanjutnya harus ku baca sampai habis (membaca 1 buku/bulan merupakan resolusiku tahun lalu yang baru hanya 1/4 persen kejadian sehingga untuk tahun 2018, aku akan mengusahakannya agar 1 buku/bulan dapat terlaksana!). Aku mencoba membacanya di rumah sebelum berangkat. Buku itu adalah Fish Eye karya Handoko Hendroyono. Setelah ku baca beberapa halaman.. “Buku ini bagus!” dengan sumringahnya karena merasa mendapat pencerahan dari membaca buku itu.
Hujan pun tiba-tiba datang mengguyur kota. Begitu juga dengan rumahku. Petirnya sangat menyeramkan! Bulu kudukku merinding mendengar suara gelegar guruhnya. Yang tadinya aku berencana untuk pergi sekitar jam 2 siang, aku mengurungkan niatku dan menunggu hujan hingga reda.
Sekitar pukul 4 sore hujan sudah mulai mereda. Masih datang rintik-rintik kecil yang membasahi, namun kupikir tak apa. Ku bersiap berganti baju. Baju kasual dan simpel yang ku pilih, kemeja tipis jatoh bergelombang yang tetap membuatku memberi kesan lincah dan feminim. Juga topi mangkok dan kacamata besar kotak bulatku yang menjadikanku terkesan vintage dan artsy.
Aku berkeliling daerah rumahku dulu dengan motorku. Ada suatu belokan yang ingin ku tahu akan berujung ke mana. Karena biasanya, belokan itu hanya berlalu di sisi ku saat aku mengambil jalan lainnya, yaitu jalan utama dari daerah tersebut.
“Hmm.. ke sini ternyata ujungnya.”
Kemudian aku mencoba menyusuri satu jalan yang sering ku lewati, namun ku ingin tahu terdapat toko apa saja sepanjang jalan itu.
“Wokh! Ada Eatlah buka di situ! Wow! Sudah merambah Bintaro rupanya.”
Akhirnya aku menuju ke stasiun terdekat dari rumahku untuk pergi ke pusat perayaan. Sambil tetap menikmati jalanan, aku berlalu dengan kecepatan sedang sekaligus menikmati angin dan suasana sekitar yang ada di hadapanku. Aku menikmatinya. Aku senang!
Yak! Tujuan pertamaku ke pusat perayaan tahun baru adalah Kota Tua. Kemudian berlanjut ke Monas, yaitu tempat puncak perayaan seluruh masyarakat DKI Jakarta.
Mulai dari menaiki kereta hingga selesai perjalananku menyusuri jalan Sarinah hingga Medan Merdeka Barat, perjalananku terekam dalam rangkaian jepretan foto.
Stasiun Tn.Abang
Dari Stasiun Tn.Abang menuju Kota
Pemandangan sekeliling Jl. M.H. Thamrin
Keseruan ku tak hanya berhenti dengan melihat sepasang gubernur dan wakil gubernur di #nikahmassal2017, tapi juga berlanjut pada arena permainan board game. Kalian tahu board game? Klik ini untuk melihat cerita selanjutnya. Ciao! 😉