Jedai, Jepit Badai yang Nggak Ada Matinya

Disclaimer: bukan tulisan yang ngebahas cara menggunakan jedai!!!

Semenjak kemunculan fenomenalnya di sekitar tahun 2014 sampai sekarang, si Jedai tetep eksis di kalangan para wanita sebagai jepit rambut nomor satu andalan! Seakan nggak mau hilang aja tuh benda dari peradaban. Sebelum tahun 2021, gue belum kepikiran buat masuk ke dalam euforia itu. Namun, di tengah bergugurannya jepit-jepit yang gue gunakan, akhirnya gue membeli jedai untuk pertama kali! Haha!

Gue, yang biasanya pakai jepit rambut koleksi dari kecil dibeliin nyokap yang sampai sekarang nggak ada habisnya (dan akhirnya pada habis masa jasa baktinya – patah), akhirnya mulai mencari jepit pengganti. Soalnya jepit rambut yang ukurannya sedang tuh dibutuhkan buat gue yang berambut panjang: untuk dijepit ke atas kalau kegerahan + biar rambut nggak basah kalau lagi mandi.

Nah, di masa pandemi gini gue nyari-nyari tuh beli jepit di mana ya? Soalnya gue memang jarang beli aksesoris rambut semenjak kuliah sampai kerja. Oh iya! Keinget ada toserba (toko serba ada) di wilayah depan kompleks gue.

Ngeng ngeng~ (suara mengendarai motor).

Sampailah gue di toko yang gue tuju dan langsung tanya mbak-mbak penjaga toko di mana letak jepit rambut. Dan jepit rambut yang dapat mencapit rambut dengan jari-jari jepitnya, yang tersedia hanyalah si jedai!

Tersedia beragam ukuran juga ternyata yang dijual, haha! Akhirnya ya gue lihat-lihatlah jedai yang ada. Kayanya ukuran yang tergede di situ yang pas buat kebutuhan gue. Nah, ternyata juga si jedai di situ ada dua tipe, ada warnanya yang translucent, ada yang solid. Kayanya sih dari penampilannya, yang translucent lebih ringkih ya, gampang patah (nyari yang awet gue, hihi). Pas ditanyain ke mbak-mbak toko – karena kita sesama wanita kan ya, si mbak kemungkinan besar pakai jedai juga – bener dugaan gue kalau yang warnanya solid lebih tahan lama.

Nah, yang terakhir tinggal masalah warna nih. Warna apa ya yang gue pilih? Hahaha. Tanya lagi dong gue ke mbaknya bagusan yang mana. Gue tertarik antara warna putih susu atau merah muda. Si mbaknya bilang merah muda, eh tapi gue jatuh hati sama si putih susu. Jadilah akhirnya ku memilki jedai pertamaku.

Harusnya tulisan ini dikasih judul “Jedai Pertamaku” lebih cocok kali ya? Hahaha. Tapi ya pertama kali punya jepit ini seneng sih. Soalnya memang nggak pernah punya sebelumnya dan suka juga warna jepitnya yang manis. Dulu pas lagi ramai-ramainya gue tertarik buat punya, tapi nggak ngeharusin harus punya segera, masih mengandalkan yang dipunya saat itu.

Dari segi fungsi, dia praktis. Ukurannya cenderung bulat, bukan memanjang, jadi tetep bisa menampung banyak jumlah rambut untuk dijepit. Kalau dari segi ketahanan, lagi dibuktikan ya ini bisa bertahan sampai berapa tahun umurnya. Mungkin kalau tahan lama, gue akan jadi penggemar setia si jedai ini.

Praktis, penggunaan jedai bisa bikin rambut bergelombang indah bak badai, terlihat dahsyat! Tapi gue jarang sih pakai teknik yang umum buat bikin melingkar rambut itu pakai jepit ini. Dengan bentuknya yang melengkung unik, kira-kira dia bakal bertahan sampai berapa dekade yah? Mari kita pantau! Hahaha!

By vestianty

Hello! I am a storyteller. I love music and all about crafts & handmade. Writing became one of my favorite activities because I can let out what I think about the world from my views. The photograph also helps me tell a story to share with you.

Leave a comment